Minggu, 28 April 2013

Earth Hour di Indonesia




Langkah kecil menyelamatkan bumi kita

Jakarta - Gema earth hour kembali digaungkan di Indonesia. Sejumlah kota menggelar earth hour dan Jakarta menjadi salah satu barometernya. Kira-kira apa kabarnya Earth Hour yang sudah 5 tahun dikampanyekan di Indonesia?

Kampanye Earth Hour dimulai digalang WWF (World Wild Fund) dan tujuannya mulia, sebagai bagian dari penyelamatan lingkungan. Bukan apa-apa, penggunaan listrik berlebih berpengaruh pada perubahan iklim. Nah, earth hour sebagai bagian dari upaya pengurangan, menghemat penggunaan energi.

Kini, earth hour kembali digelar pada Sabtu (23/3/2013), seperti dahulu warga diminta ikut berpartisipasi untuk memadamkan lampu sejak pukul 20.30-21.30. Bagaimana respons warga Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia? Ada yang merespons baik ada juga yang biasa saja.

Misalnya saja, di sejumlah mal, sepertinya, earth hour tak dianggap. Tak ada lampu yang dimatikan di beberapa mal di ibu kota. Padahal dahulu, ada mal yang ikhlas ikut berpartisipasi memadamkan lampu.

"Ini biasa saja, nggak ada yang padam lampunya," kata Tita yang tengah berbelanja di mal di Jakarta Selatan.

Namun ada juga beberapa gerai yang membuat program 'shopping in the dark' dalam rangka earth hour. Jumlah pengunjungnya pun lumayan melimpah. Yang cukup menggembirakan, beberapa gedung dan lokasi publik yang ada di bawah tanggung jawab Pemrov DKI tetap ikut melaksanakan earth hour. Gelap pun melanda beberapa tempat Jakarta.

Pastinya upaya menyumbang pada penghematan energi lewat earth hour tetap harus dilaksanakan. 1 Jam saja memadamkan lampu tak ada ruginya.

Upaya sosialisasi dan kesadaran masyarakat perlu terus ditanamkan. Kalau perlu earth hour berlaku di seluruh wilayah Indonesia dan dilakukan di beberapa momen. Tentu secara sukarela dengan kesadaran masyarakat. Ayo selamatkan bumi dengan earth hour.


Bundaran HI ketika Earth Hour

REPUBLIKA.CO.ID,Tak terasa lima tahun sudah penyelenggaraan kampanye Earth Hour digelar di Indonesia. Tahun ini, Earth Hour akan kembali diselenggarakan di sejumlah kota di Indonesia pada 23 Maret 2013, pukul 20.30 - 21.30, waktu setempat. Tentu semua tahu mudahnya mengikuti kampanye yang kali pertama dicetuskan World Wild Fund (WWF) Australia dan Leo Burnett Sydney ini. Masyarakat hanya diminta mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai selama lebih kurang 60 menit.
Earth Hour digaungkan akibat perubahan iklim yang terasa makin mengancam kehidupan bumi. Berawal dari 2007, Earth Hour berkembang pesat jika dilihat dari partisipasi negara, kota, dan pendukung individu.

Menurut Koordinator kampanye, program iklim dan energi WWF Verena Puspawardani, data terakhir 2012, Earth Hour mencatat dukungan dua miliar orang di 7.001 kota dari 152 negara. Pertama kali Earth Hour dilaksanakan di Indonesia, hanya Jakarta yang ikut serta. Kini sejumlah kota besar di Indonesia turut mengkampanyekan Earth Hour.  Sepintas, kata Verena, mematikan listrik selama satu jam memang terkesan sepele. Padahal, jika dihitung secara akumulatif begitu besar energi yang berhasil dihemat.

Dari data yang dihimpun Earth Hour WWF Indonesia, pada 2012 lalu, kegiatan ini berhasil menghemat listrik sebesar 214 megawatt. Jika dikonversikan ke dalam nilai ekonomi, Indonesia berhasil menghemat pembayaran listrik sebesar Rp 800 juta.

Hemat listrik, kata Verena, tak lalu berhenti pada hemat biaya. Yang tidak disadari masyarakat adalah semakin tinggi konsumsi listrik, makin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik.

Saat ini, 60 persen pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil. Sementara pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi. Pada 2007 lalu, Earth Hour bertujuan mengurangi gas rumah kaca di Australia sebanyak lima persen. "Saat ini, gaya hidup ramah lingkungan juga tecermin dengan menggunakan kendaraan umum, bersepeda, hemat air, dan menanam pohon," ujarnya.

Tak Sekadar Seremonial. Menurut Direktur Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Maritje Hutapea, momen Earth Hour tak sekadar seremoni belaka. Lebih jauh, gerakan tersebut dapat menjadi semacam pe - micu kesadaran masyarakat untuk menghemat energi.  Meski kelihatannya kecil, tapi mematikan listrik selama satu jam memiliki efek luar biasa. "Listrik yang dihemat pun jumlahnya tak sedikit," ujar Maritje. Dari Rp 800 juta uang dapat dihemat pada Earth Hour tahun lalu, banyak manfaat yang dapat diperoleh.

Misalnya, uang tersebut dapat dialo kasikan untuk pembangunan pembangkit listrik di daerah terpencil atau dialokasikan ke hal lain seperti kesehatan dan pendidikan.
Menurut Maritje, penghematan yang dilakukan setiap orang pada dasarnya bermanfaat bagi dirinya sendiri. Bayangkan berapa uang yang bisa dihemat jika masyarakat sadar untuk menggunakan listrik dan energi secara bijak.

Dari data yang dihimpun timnya, Maritje mengungkapkan, Indonesia saat ini memiliki total kapasitas pembangkit listrik sebesar 40 ribu megawatt. Namun, dari total tersebut baru 76 persen penduduk Indonesia yang dapat menikmati listrik, sisanya masih sulit dijangkau listrik.

Padahal, faktor kemajuan ekonomi suatu daerah cukup bergantung pada listrik. Listrik memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. "Sudah sepatutnya masyarakat menggunakan listrik tepat guna. Jangan biarkan menyala kalau tidak digunakan," kata Maritje.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar